Sapaan Santun Iye Dan Tabe Dalam Falsafah Budaya Suku Bugis-Makassar

Authors

  • Rusdi Room Universitas Islam Makassar
  • Dwi Syukriady Universitas Islam Makassar

DOI:

https://doi.org/10.59638/isolek.v2i2.412

Keywords:

polite greetings, iye, tabe, cultural philosophy

Abstract

Sapaan santun merupakan salah satu bentuk komunikasi dan falsafah budaya yang mencerminkan nilai-nilai luhur masyarakat setempat. Penelitian ini berfokus pada penggunaan sapaan santun "Iye" dan "Tabe" dalam falsafah budaya suku Bugis-Makassar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan makna filosofis, fungsi sosial, serta peran sapaan tersebut dalam menjaga harmoni sosial dan budaya di masyarakat Bugis-Makassar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode pengumpulan data melalui studi kepustakaan (literatur review) dan analisis dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sapaan "Iye" melambangkan penghormatan, persetujuan, dan kesantunan dalam berkomunikasi, sedangkan sapaan "Tabe" mencerminkan nilai penghargaan dan permohonan izin dalam interaksi sosial. Keduanya tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai cerminan nilai-nilai falsafah harga diri dan empati yang menjadi landasan utama dalam budaya Bugis-Makassar. Sapaan ini juga berperan penting dalam memperkuat hubungan sosial, mencegah konflik, dan membangun rasa saling menghormati di tengah masyarakat. Penelitian ini memberikan wawasan tentang pentingnya melestarikan sapaan santun sebagai bagian dari warisan budaya tak benda yang dapat memperkaya khazanah komunikasi antarbudaya di Indonesia.

References

Abdullah, H. (1985). Manusia Bugis Makassar: suatu tinjanuan historis terhadap pola tingkah laku dan pandangan hidup manusia Bugis Makassar. (No Title).

Achmad, S. (2012). Strategi kesopanan berbahasa masyarakat bugis pinrang provinsi sulawesi selatan. Bahasa Dan Seni, 40(1), 1-13.

Agus, Nuraidar. (2012). Perilaku berbahasa daerah kaum remaja di Sulawesi Selatan: sebuah rekonstruksi menuju pemartabatan nilai kesantunan berbahasa. Makalah kongres internasional bahasa daerah II di Makassar. Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Barat.

Brown, P., & Levinson, S. C. (1987). Politeness: Some universals in language usage (Vol. 4). Cambridge university press.

Chaer, A. (2010). Kesantunan berbahasa. (No Title).

Darwis, M. (2008). Reorien-tation of Social Strata in Buginese Community. A Sociolinguistic Analysis. Jurnal Buletin Penelitian Universitas Hasanuddin, 7.

Fetzer, A. (1994). Richard J. Watts, Sachiko Ide, Konrad Ehlich (Eds.): Politeness in Language (Book Review). IRAL: International Review of Applied Linguistics in Language Teaching, 32(3), 246.

Gu, Y. (1990). Politeness phenomena in modern Chinese. Journal of pragmatics, 14(2), 237-257.

Gusnawaty, G. (2011). Perilaku Kesantunan dalam Bahasa Bugis. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Held, V. (2005). The ethics of care: Personal, political, and global. Oxford university press.

Ide Said. (1985). Subsistem honorifik bahasa Bugis: Sebuah kajian sosiolinguistik.

Koentjaraningrat. (2007). Manusia dan kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Penerbit Djambatan.

Lakoff, R. T. (2000). The language war. Univ of California Press.

Mahmud, M. (2010). Politeness in Bugis: A Study in Linguistic Anthropology. Unpublised Thesis. Makassar: PPs UNM.

Mattulada, L. (1975). Suatu Lukisan Analisis Terhadap Antropologis Orang Bugis. Universitas Indonesia Disertasi, Jakarta, 333.

Murad, S. A. (1996). Konsep nilai dalam kesusasteraan Melayu.

Muslich, M. (2006). Kesantunan Berbahasa: sebuah Kajian Sosiolinguistik Malang: Universitas Malang.

Room, R. (2013). Konsep kesantunan berbahasa dalam Islam. Jurnal Adabiyah, 13(2), 223-233.

Said, M. (2009). Menilai Terjemahan. Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Gunadarma.

Syukriady, D. (2021). Upaya Meningkatkan Kemampuan Peserta Didik Kelas XII Jurusan Bahasa SMA Negeri 3 Palu Dalam Menentukan Karakter Tokoh Novel" Pada Sebuah Kapal" karya NH Dini Melalui Metode Latihan Berjenjang. Jurnal Cakrawala Ilmiah, 1(4), 847-864.

Yassi, A. H. (1996). Negating and affirming a proposition in Makassarese: A cross-cultural communication study. Unpublished Master Research Paper. Department of Linguistics, The University of Sydney, NSW. Australia.

Yatim, N. (1983). Subsistem Honorifik Bahasa Makassar Sebuah Analisis Sosiolinpistik (Doctoral dissertation).

Wahid, S. (2008). Manusia Makassar. Pustaka Refleksi.

Zaitul Azma, Z. H., & Ahmad Fuad, M. H. (2010). Kekerasan verbal dalam komunikasi remaja: Satu perlanggaran maksim kesantunan. Penyelidikan Linguistik Bahasa dan Budaya: Pemupukan Perpaduan, 386-391.

Downloads

Published

2024-12-31

How to Cite

Room, R., & Syukriady, D. (2024). Sapaan Santun Iye Dan Tabe Dalam Falsafah Budaya Suku Bugis-Makassar. ISOLEK: Jurnal Pendidikan, Pengajaran, Bahasa, Dan Sastra, 2(2), 344–355. https://doi.org/10.59638/isolek.v2i2.412